Selasa, 23 Maret 2010

ciri khas kajian bahasa serta pembidangan kajian bahasa

Ciri Khas Kajian Bahasa Sebagai Kajian Ilmiah

Kajian ilmiah memiliki ciri-ciri khusus, Kridalaksana (dalam Koentjoro,1982 : 8-9) mengajukan empat ciri khas kajian bahasa sebagai ilmu,yaitu :
Kajian itu mendekati bahasa tidak secara preskriptif, tetapi secara deskriptif.Hal itu berarti bahwa hal yang dipentingkan dalam kajian bahasa, yakni kajian bahasa yang dilakukan secara deskriptif dan kajian bahasa yang dilakukan secara historis.
Kajian bahasa sebagai kajian ilmiah dituntut memiliki kepadaan (adequeacy).Kepadaan-kepadaan itu mencakup :
Kepadaan observasional
Kepadaan deskriptif
Kepadaan ekslanatif

Pembidangan Kajian Bahasa
Kajian bahasa sebagai disiplin ilmu dapat dipilah-pilah,Pilihan yang lazim berlaku selama ini adalah :
A.Kajian sinkronis dan kajian diakronis
B.Kajian deskriptif dan kajian komperatif
C.Kajian mikro dan kajian makro
D.Kajian teoritis dan kajian terapan
E.Kajian murni dan kajian interdisipliner

A.Kajian Sinkronis dan Kajian Diakronis
Setiap disiplin ilmu biasanya terbagi lagi atas beberapa subdisiplin, hal ini terjadi dikarenakan objek kajian dari disiplin ilmu tersebut sangatlah luas dan berkaitan dengan masalah-maslah lain (meluas) hal ini tentu saja berkaitan dengan perkembangan ilmuyang terus berkembang.
Linguistik sinkronis adalah semua yang berhubungan dengan segi statis dalam ilmu. Sedangkan linguistik diakronis adalah semua yang memiliki ciri evolusi. Diakronis tidak mengubah sistem karena kata yang berubah pun adalah sistem dalam bentuk yang lain dengan sistem sebelumnya. Perubahan kata terjadi di luar kemampuan siapapun.
linguistik diakronis akan menelaah hubungan-hubungan di antara unsur-unsur yang berturutan dan tidak dilihat oleh kesadaran kolektif yang sama, dan yang satu menggantikan yang lain tanpa membentuk sistem di antara mereka. Sebaliknya, linguistik sinkronis akan mengurusi hubungan-hubungan logis dan psikologis yang menghubungkan unsur-unsur yang hadir bersama dan membentuk sistem, seperti dilihat dalam kesadaran kolektif yang sam3. Ferdinand de Saussure, Pengantar Linguistik Umum (Jogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), hlm. 2-3 dan 374-378 a.
Atau dengan kata lain, Kajian linguistik sinkronik yaitu kajian linguistik pada masa yang terbatas, atau bisa disebut kajian linguistik deskriptif karena merupaya mendeskripsikan bahasa apa adanya pada suatu masa tertentu. Sedangkan kajian linguistik diakronik adalah kajian linguistik pada masa yang tak terbatas.Sesuai dengan pengertian dari kajian linguistik diakronis yang tidak dibatasi oleh masa, maka kajian ini cenderung bersifat historis ataupun komperatif karena biasanya kajian ini dilakukan dengan meruntutnya dari awal kelahiran bahasa itu maupun perkembangan bahasa tersebut dari waktukewaktu maupun dengan membandingkanya dari waktu kewaktu
B.Kajian Deskriptif dan Kajian Komperatif
Penelitian deskriptif adalah  penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, tanpa dibandingkan atau dihubungkan dengan variabel lain atau masalah untuk penelitian dengan variabel tunggal, baik hanya satu variabel atau lebih yang tidak saling berhubungan.
Peneliti berusaha mendapatkan data apa adanya kemudian menggambarkan (mendeskripsikan) apa adanya. Kinerja peneliti dalam penelitian ini mirip kinerja seorang fotografer, fenomena atau variabel yang diteliti didata karakteristiknya (difoto) kemudian dijelaskan seperti apa adanya (dicetak jadi foto yang menggambarkan objek apa adanya.
Contoh: penelitian  terhadap  kemampuan menulis paragraf  siswa kelas  VII  SMP 20  Bandung  tahun pelajaran 2005-2006. Pengumpulan data  dilakukan dengan cara tes  menulis paragraf. Hasil tes kemudian dideskripsikan untuk menggambarkan tingkat kemampuan atau keterampilan siswa SMP tersebut dalam menulis paragraf.
Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan dua variabel atau lebih. Kedua variabel bisa jadi tidak berhubungan atau mandiri atau rumusan masalah yang memfokuskan kajian terhadap analisis perbandingan tentang satu variabel atau lebih pada dua atau lebih kelompok sampel. Tujuan penelitian ini antara lain untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau mana yang sebaiknya dipilih.
 Contoh : perbandingan kemampuan membaca siswa  laki-laki dan siswa perempuan di  SDN I Sayang  Sumedang. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tes kemampuan membaca siswa laki-laki dan perumpuan. Hasil tes kelompok laki-laki dan perempuan dipisahkan. Lalu dilakukan perhitungan jumlah dan rata-rata hasil tes kedua kelompok. Dari rata-rata hasil tes sudah bisa dilihat ada tidaknya perbedaan. Tetapi untuk mengetahui lebih pasti  signifikan tidaknya perbedaan itu, bisa dilakukan pengujian secara statistik yaitu dengan menggunakan uji t (T-test)  atau ANOVA.
C.Kajian Mikro dan Kajian Makro
Linguistik mikro memiliki obyek kajian yang berkenaan dengan masalah-masalah lingistik atau kebahasaan saja yang berarti bahwa kajian linguistik mikro adalah kajian bahasa yang mempelajari bahasa secara internal, seperti unsur bunyi, kata dan bentuk kata dsb.
Sedangkan linguistik makro memasukan aspek-aspek lain yang berkenaan dengan bahasa sebagai objek kajian linguistik makro.Kajian makro berusaha mengkaji bahasa secara eksternal,yaitu mengkaji bahasa dari segi-segi luar bahasa seperti, kejiwaan,sosial, pengajaran,pengobatan, dan filsafat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar