Rabu, 31 Maret 2010

kesusastraan mandar

KESUSASTRAAN MANDAR
Munculnya sastra mandar bersamaan dengan berkembangnya kebudayaan dan peradaban dikalangan suku mandar.Sejak dahulu suku mandar telah menggunakan sastra-sastranya sebagai salah satu pelengkap adat mereka.Baik dari segi pendidikan,perkawinan,agama,maupun hiburan.Namun awalnya mereka tidak sadar akan hal tersebut,seiring mengalirnya dan terus berkembangnya sastra-sastra mandar tersebut,kemudian dilakukan semacam penelitian sastra dikalangan masyarakat mandar,barulah mereka mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka sebut-sebut sebagai bagian dari adat-istiadat suku mandar,ternyata adalah sebuah lantunan karya sastra.
Kalindaqdaq dari suku mandar ini merupakan salah satu jenis karya sastra mandar,yang merupakan lantunankata-kata yang indah.Kalindaqdaq juga sering digunakan oleh gadis-gadis dan diiringi dengan irama tabuhan rebana sambil berkeliling kampung,bersamaan dengan itu mereka juga saling berbalas-balas pantun.
Selain Kalindaqdaq dan pantun,music dan lagu (nyanyian)mandar pun termasuk salah satu jenis karya sastra.Musik dan lagu (nyanyian) digolongkan kedalam sastra mandar karena lantunan kata-kata yang dirangkai menjadi sebuah lirik lagu yang tingkat kesusastraannya lebih tinggi karena telah mewakili semua aspek.
JENIS-JENIS SASTRA MANDAR
A.KALINDAQDAQ

1.Pengertian Kalindaqdaq
Istilah kalindaqdaq berasal dari bahasa melayu yang terdiri dari atas tiga patah kata,yaitu kalimat indah-indah disingkat menjadi Kalindaqdaq (kal=kalimat,ndaq=indah,daq=indah).Jadi,yang dimaksud Kalindaqdaq adalah pernyataan pikiran dan perasaan dalam untaian kata yang indah.Dengan kata lain,Kalindaqdaq merupakan tuturan kata yang indah dan berirama yang dapat mempesona pendengar atau pembacanya.
Ciri Kalindaqdaq seperti umumnya puisi,adalah keterbatasan atau keterikatan bentuknya.Kalindaqdaq diikat oleh syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, yaitu jumlah larik dalam setiap larik, dan irama yang tetap.Bentuk sastra ini bersampiran dan berisi.Kalindaqdaq juga terdiri atas 8-8-4-8 suku kata dalam selarik didalam sebait yang terdiri atas larik.Selain keindahan struktur,makna yang disampaikan juga bermacam,ada yang religious,social kemasyarakatan,cinta,adat istiadat terutama dalam ritual perkawinan.
Menurut Yasil,Kalindaqdaq mempunyai cirri-ciri,yaitu :
a.Tiap bait terdiri atas empat larik
b.Larik pertama terdiri atas delapan suku kata
c.Larik kedua terdiri atas tujuh suku kata
d.Larik ketiga terdiri atas lima suku kata
e.Larik keempat terdiri atas tujuh suku kata
f.Merupakan puisi suku kata
g.Persajakan kalindaqdaq umumnya bebas meski ada juga yang bersajak akhir a-a-a-a,a-b-b-a,atau a-a-b-b.
2.Jenis-jenis kalindaqdaq
A.Kalindaqdaq Tomabubeng (puisi orang tua)
Kalindaqdaq Tomabubeng adalah kalindaqdaq yang digunakan di lingkungan orang tua.Isi kalindaqdaq tomabubeng berupa nasehat atau pendidikan.Biasanya juga digunakan para orang tua pada waktu meminang atau menerima pinangan.
Contoh kalindaqdaq tomabubeng ;
Aroangi paqmaiq Kiranya anda kasihan
Anaq to kasia asi Kepada anak-anak miskin
Andiang tuqu Hanya kepada andalah harapan mereka
Muaq tama iqo Kepada yang lain tiada

B.Kalindaqdaq Tomanetuo (puisi kaum muda)
Kalindaqdaq tomanetuo adalah kalindaqdaq yang digunakan dalam lingkungan anak muda atau kaum remaja.Kalindaqdaq tomanetuo itu melukiskan keinginan hati seorang pemuda yang ingin berkenalan dengan seorang gadis yang ia senangi.Perasaan rindu terhadap sang kekasih dan kekecewaan yang timbul karena cintanya tak terbalaskan.
Contoh kalindaqdaq tomanetuo,yakni :
Surau diburaq lembong Hasrat cintaku pada bing gelombang
Tasimbaq dikuppungmu Terhempas ke kampung adik
Iqdaq tuali Pantang aku kembali
Muaq iqdaq dottong Sebelum hasrat cintaku tercapai
C.Kalindaqdaq Naebaine (puisi anak gadis)
Kalindaqdaq ini biasanya diperuntukkan kepada kaum gadis.Biasanya diucapkan pada waktu ia mengenang nasib yang menimpa dirinya.Hatinya sedih dan pilu karena cita-citanya tidak tercapai.Perasaan rindu pada kekasih dan lain-lainnya.
Contoh kalindaqdaq naebaine,yaitu :
Muaq diangmating bau Bila ada ikan datang
Direqde na lopimmu Pada sisi perahu anda
Damoq puttuleqi Tak sudah anda bertanya
Saliliq umo tuqu Itulah tanda kerinduanku
D.Kalindaqdaq Nanaqke (puisi anak-anak)
Yang dimaksud kalindaqdaq nanaqke adalah kalindaqdaq yang didendangkan dalam lingkungan anak-anak.Kalindaqdaq ini ada yang menggambarkan kemurungan dan kesedihan hati seorang anak.Ada pula yang menggambarkan perasaan gembira seorang anak serta ada pula yang dinyatakan dengan cara sindiran.
Contoh kalindaqdaq anak-anak :
Mi lembang-lembang tama Berjalan-jalan ia melalui telaga
I mangaji sappolong Si pengaji cuma separuh
Siruppaq dami Bertemulah ia dengan
Beke mate titers Kambing yang mati terberak-berak
3.Fungsi Kalindaqdaq
Kalindaqdaq berfungsi sebagai :
a.Hiburan
b.Nasehat
c.Ajang untuk mendidik
d.Penyambutan Pinangan (adat perkawinan)
B.MUSIK DAN LAGU (Nyanyian)
Irama musik dalam lagu-lagu mandar secara spesifik mencerminkan setting laut.Deburan ombak,riak gelombang yang dinamis,hempasan ombak dipantai,dan geliat ombak gelombang yang dihembus lembut oleh angina tau badai bias dirasakan pada melodi laut didalam lagu-lagu mandar yang cenderung eksotik,romantic,dan sentimental.Lagu-lagu mandar juga sering dan selincah lagu-lagu Maluku, namun sekaligus selembut irama agraris lagu-lagu bugis meski tak sedinamis lagu-lagu Makassar yang terkesan agak cepat dan kekurangan kelembutan.
Fungsi musik dan lagu (nyanyian)
a)Hiburan
b)Media untuk mengungkapkan perasaan
c)Media untuk menggambarkan suasana alam
C.PANTUN
Pantun dalam sastra mandar tidak ada bedanya dengan pantun-pantun pada umumnya..Bersajak a-a-a-a, a-b-b-a, a-a-b-b, dan a-b-a-b.Jumlah barisnya terdiri atas eemppat baris dan dua baris.Pantun mandar ini beda-beda tipis dengan kalindaqdaq mandar.Salah satu bedanya,tidak semua kalindaqdaq memiliki aturan persajakan,dan kalindaqdaq pun dapat berupa nyanyian karena ia tidak mutlak sebagai sebuah nyanyian,puisi,ataupun pantun.
Contoh pantun mandar :
Timanaq pakurru-kurruq
Padiriwammu daiq
To pura sola
Dipannanawa-nawanna
Artinya :
Timanglah daku penuh kasih
Letakkan pada pangkuan
Orang yang telah bersalah
Hati dan pikirannya

kesusastraan melayu

KESUSASTRAAN MELAYU

A.Sejarah Sastra Melayu
Dr.Anshari M.Hum membagi sejarah sastra melayu dalam dua masa yaitu sastra melayu klasik (lama) dan sastra melayu modern (sastra Nusantara,2008,7-24).
Sastra Melayu Klasik
Sastra melayu klasik bermula pada abad ke-16 Masehi.Semenjak itu sampai sekarang gaya bahasanya tidak banyak berubah.Dalam buku sejarah kesusastraan melayu klasik, 1970 karangan Dr.Liaw Yock Fang dikemukakan bahwa kesusastraan lama terdiri dari dua bentuk yaitu puisi dan prosa.Dilihat dari jenisnya sastra melayu lama terdiri dari cerita asal-usul,cerita binatang,cerita jenaka,dan cerita pelipur lara.Untuk zaman peralihan,sastra melayu ditandai dengan sastra hikayat. Perkembangan terakhir pada masa sastra melayu lama adalah munculnya karya sastra jenis syair.
Sastra Melayu Modern
Kesusastraan Melayu modern terdiridari dua bentuk yaitu puisi dan prosa.Untuk bidang puisi, dapat dilihat dari lahirnya sajak-sajak sejarah melayu (kumpulan puisi) dikarang oleh Muhammad Haji Salleh.Dalam puisi-puisi tersebut,pengarang berhasil mengangkat kembali berbagai peristiwa yang ada dalam sejarah melayu dan memperlihatkan bagaimana relevansinya dengan kehidupan (budaya) masyarakat melayu masa kini.
B.Pembagian Sastra Melayu Berdasarkan Masa-nya :
Menurut Badudu (1983:25)bahwa pembagian sastra melayu berdasarkan masanya meliputi :
Masa Purba
Pada masa ini, kepercayaan masyarakat terhadap tenaga-tenaga gaib dalam alam dan isinya sangatlah besar.itulah sebabnya pada masa ini melahirkan buah kesusastraan yang meliputi dongeng-dongeng seperti dongeng tentang setan atau hantu,dongeng tentang binatang jadi-jadian,dan sebagainya.
Masa Hindu
Pengaruh kebudayaan hindu masuk ke Indonesia diawali dengan masuknya orang-orang hindu ke Indonesia.Oleh sebab itu, masuk pula pengaruh kesusastraan Hindu kedalam kesusastraan melayu, juga kedalam kesusastraan jawa dan sunda.Hasil-hasil sastra mengenai dewa-dewa,mambang dan peri,yang bertalian dengan kepercayaan agama mereka.Seperti hikayat Mahabrata,Ramayana,Sang Bona dan sebagainya.
Masa Arab (islam)
Masuknya agama islam ke Indonesia tentu saja membawa pengaruh dalam kebudayaan bangsa Indonesia.Demikian juga kesusastraannya.Cerita-cerita yang berasal dari negeri Arab dan Persia masuk kedalam kesusastraan melayu baik prosa maupun puisi,sebagai contoh cerita-cerita 1001 malam,hikayat Abu Nawas,raja Ali Haji dan sebagainya serta cerita-cerita Indonesia asli yang telah memasukkan unsur-unsur islam.
C.Perkembangan Sastra Melayu di Indonesia
Perlu diperhatikan bila membicarakan perkembangan sastra dari zaman klasik sastra melayu Aceh hingga kini.Didaerah serambi mekah ini,bahasa yang digunakan dalam penulisan lebih dari satu, yang paling menonjol sebagai media penulisan kreatif ialah bahasa Melayu Pasai,bahasa melayu pasai inilah bahasa melayu sekarang memperoleh bentuk sehingga kemudian tampil sebagai bahasa intelektual dan sastra yang bermartabat.Dari bahasa ini pulalah bahasa melayu riau dan bahasa Indonesia yang kita pakai sampai sekarang dan berakar yang menyatukan bangsa-bangsa dinegeri ini.

D.Jenis-Jenis Sastra Melayu
Gurindam
Gurindam adalah satu bentuk puisi melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh.Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris ke dua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Contoh :
Pabila banyak mencela orang Dengan ibu hendaknya hormat
Itulah tanda dirinya kurang Supaya badan dapat selamat
Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk prosa yang berisikan tentang kisah, cerita,dongeng maupun sejarah.Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.
Karmina
Karmina atau dikenal dengan nama pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris.Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua adalah isi.Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung.
Contoh :
Sudah gaharu cendana pula
Sudah tahu masih bertanya pula
Pantun
Pantun merupakan sejenis puisi yang terdiri atas 4 baris bersajak a-b-a-b atau a-a-a-a. Dua baris pertama merupakan sampiran, yaitu umumnya tentang alam (flora dan fauna),dua baris terakhir merupakan isi,yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Contoh :
Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
Seloka
Seloka merupakan bentuk puisi melayu klasik, berisikan pepatah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk syair atau pantun, terkadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
Contoh seloka 4 baris : Contoh seloka lebih dari 4 baris :
Anak pak dolah makan lepat Baik budi emak si Randang
Makan lepat sambil melompat Dagang lalu ditanakkan
Nak hantar kad raya dah tak sempat Tiada berkayu rumah diruntuhkan
Pakai sms pun ok wat ? Anak pulang kelaparan
Anak dipangku diletakkan
Kera dihutan disusui
Syair
Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak.Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama a-a-a-a.Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair sedangkan pada pantun 2 baris terakhir yang mengandung maksud.
Talibun
Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi,tetapi lebih dari 4 baris (mulai dari 6 baris hingga 20 baris).Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya.
Contoh Talibun :
Kalau anak pergi ke pecan
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanakpun cari
Induk semang cari dahulu
E.Pengarang Melayu (Pujangga lama/islam) Beserta Karya-Karyanya
a)Hamzah Fansuri,Karangan-karangannya :
Syair Perahu
Syair Dagang
Syair Si Burung Pingai
Asrar Al-Arifin (Prosa)
b)Syekh Nuruddin Ibnu Ali Ar-Raniri, Karangan-karangannya :
Tibyan Fi Ma’rifat Al-Adyan
Sirata’I Mustaqim
Bustanu’s Salatin (Taman Raja-Raja)
c)Samsuddin As-Samatrani, Karangan-karangannya :
Mi’rat Al-Iman
Mi’rat Al-Mukminin
Sarh Rubali Hamzah Al-Fansuri (tafsir syair-syair Hamzah Fanzuri)
F.Karya-Karya Sastra Melayu Lainnya :
Robinson Crusoe (terjemahan)
Lawan-lawan Merah
Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
Graafde Monte Cristc (terjemahan)
Kapten Flamberger (terjemahan)
Nyai Dasima oleh G.Francis (indo)
Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
Kisah Pelayaran Ke Pulau Kalimantan
Kisah Pelayaran Ke Makassar dan lain-lainnya

Dan masih ada sekitar 3000 lebih judul karya sastra Melayu-lama lainnya

Selasa, 23 Maret 2010

kesusastraan makassar

SINRILIK
1.Pengertian Sinrilik
Karya Sastra Makassar cukup memiliki arti dalam kehidupan penutur Bahasa Makassar. Salah satu karya sastra di antara sekian banyak karya satra adalah sinrilik. Sinrilik adalah karya sastra Makassar yang berbentuk prosa yang cara penyampaiannya dilagukan secara berirama baik dengan menggunakan alat musik maupun tanpa alat musik. Hingga saat ini, masih dipelihara dan diminati oleh masyarakat Makassar. Meskipun karya sastra ini masih diminati oleh masyarakat, namun orang yang dapat melagukannya atau membacakannya sudah sangat terbatas. Oleh karena itu, karya satra jenis ini perlu mendapat pembinaan agar tetap lestari.
Sinrilik sebagai salah satu bentuk sastra lisan, sangat terkait dengan hal – hal :1) pencerita dan penceritaan, 2) kesempatan bercerita, 3) tujuan bercerita, 4) hubungan cerita dengan lingkungannya, 5) jenis cerita yang disampaikan, dan 6) pendengar.
Menurut Bantang seorang Pasinrilik harus menguasai beberapa hal, yaitu :
a.Pandai berbahasa Makassar
b.Kaya paruntuk kana
c.Kaya kelong
d.Menguasai dialek bahasa Makassar
e.Menguasai banyak rapang dan pappasang
f.Mampu mengaprsiasikan dan menyatu dengan alam.

Pada acara – acara tertentu, sinrilik dipentaskan oleh seorang seniman, yang selain menguasai sastra sinrilik juga mampu menggesek kesok – kesok (sejenis instrument musik gesek). Orang yang mementaskan sinrilik ini disebut orang pakesok – kesok.


2.Jenis – Jenis Sinrilik
Berdasarkan isi dan cara melagukannya, sinrilik dibagi atas dua macam, yaitu sinrilik pakesok – kesok dan sinrilik bositimurung. Sinrilik pakesok – kesok adalah sinrilik yang dilagukan dengan iringan kesok – kesok (rebab). Isinya melukiskan tentang sejarah perjuangan dan kepahlawanan seorang tokoh. Bunyi kesok – kesok (sejenis alat musik gesek) yang mengiringi pakesok – kesok/pasinrilik (orang yang memainkan kesok – kesok atau melagukan sinrilik) harus selaras dengan lagu dan isi serta suasana cerita yang dibawakan.
Adapun naskah sinrilik yang dapat diiringi dengan kesok – kesok, antara lain : Sinrilik Kappalak Tallumbatua, Sinrilik I Makdik Daeng Rimakka, dll. Sinrilik ini mengisahkan tentang perjuangan dan kepahlawanan di sela percintaan sang tokoh yang ditampilkan dalam cerita itu. Jenis sastra ini sangat menarik apabila dikreasikan menjadi sastra pertunjukan.
Sastra bositimurung adalah sinrilik yang dilagukan tanpa diiringi alat musik kesok – kesok dan biasanya dilantungkan pada tempat yang sunyi di kala orang yang berada di sekelilingnya sedang tidur nyenyak.
Sinrilik bositimurung pada dasarnya berisi hal – hal sebagai berikut.
a.Pujaan yang menggambarkan kecantikan seorang gadis dengan membandingkan keadaan sekelilingnya.
b.Merindukan kekasih yang menggambarkan kerinduan seorang jejaka terhadap gadis yang dicintainya.
c.Beriba hati yang menggambarkan seorang yang sial atas segala usahanya sehingga menjadi sengsara.
d.Kesedihan yang menggambarkan kesedihan seorang istri yang ditinggal oleh suaminya (Basang, 1997:72).

Selain itu, sinrilik bositimurung dapat pula dijadikan sebagai pelajaran atau nasihat yang berharga bagi orang yang menyimaknya karena isinya menceritakan tentang ganjaran perbuatan yang baik dan siksaan terhadap perbuatan jelek di akhirat kelak. Sinrilik yang mengisahkan tentang hal – hal seperti ini biasanya dilantungkan pada saat kedukaan atau kematian sehingga dapat pula dijadikan sebagai hiburan bagi orang yang ditinggalkan. Acara tersebut biasa disebut Ammaca Kittak yang pelaksanaannya dilakukan setelah tadarrus Alquran.

3.Contoh Sinrilik
a.Sinrilik Pakesok – kesok
Nampami sulengka rapak, natakbenrong binakbakku kesok – kesokna tampaselaki matangku
“Baru saja ia bersila, terpukullah jantungku, kesok – kesoknya membuatku tak dapat tidur”.
Penampilan dan gesekan kesok – kesok tersebut sangat memikat penonton, sehingga tahan untuk tak tertidur (Sirajuddin Bantang).


b.Sinrilik Bositimurung
Bosi timurung, batu merah pandanganku, dingin menulang jamrud hatiku. Semalam suntuk aku gelisah, aku tidak dapat tidur, mataku tidak pernah terlena. Robek – robeklah selimut yang tidak pernah kubuka memikirkan raut mukamu, menghitung – hitung kebaikanmu. Engkau bagaikan bulan yang tidak pernah tertutup awan. Engkau seperti bintang yang tembus dipandang, berkedip – kedip tidak pernah lepas dari mataku. Engkau tidak pernah lepas dari perhatianku, mutiara kamarku yang selalu menerangi rumahku. Suluh di kegelapan penerangan di tengah malam.
Hatimu baik, tubuhmu langsing jarang menyamainya, tingkahmu bagus, sopan tutur sapanya, si manis darah yang menawan dipandang mata. Sudah kukatakan bahwa walau pattola (gadis pilihan) sudah berkumpul bermain, walau cinde (gadis pilihan) sudah berkumpul di halaman, pilihanku tidak akan berpindah, pusat pandanganku tidak akan bergeser ujian cintaku, memang kepadamulah meraja rasa hatiku. Pada akhirnya dia berkata : bagaikan intan kusayangimu, bagaikan jamrud kurindukanmu, bagai emas kusimpan di dalam hati.

ROYONG

1. Royong

Menurut Matthes Royong adalah sejenis nyanyian untuk anak-anak kecil (bayi) yang masih berumur empat puluh hari. Berdasarkan bunyi pertama dari permulaan royong itu, maka royong ada yang disebut pajjappa daeng atau turinanung, cuwi, dan kurru-kurru jangang yang bermakna bahwa umat manusia selalu melihat ke tempat yang tinggi. Royong biasanya dilantunkan oleh perempuan yang sudah berusia lanjut, terutama pada pesta penyunatan ‘passunnakkang’, perkawinan ‘pakbuntingang’, ataupun pada acara akikah ‘ pattompalang’ (angngalle areng)’ khusus pesta adapt, Royong biasanya diiringi dengan alat musik tradisional, sperti : anak backing (dua anak besi yang dipukulkan), kancing ( dua buah priring tembaga yang diperpukulkan), curiga (rantai-rantai yang diperpukulkan), gong, ganrang, puik-puik, dengkang dan lain-lain.

Jika dibaca atau didengar secara sekilas naskah royong yang ada, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata yang terdapat dalam naskah tersebut sudah banyak yang tidak diketahui artinya, terutama bagi generasi muda karena kata-kata tersebut sudah jarang didengar ataupun dipergunakan dalam bahasa percakapan sehari-hari. Namun, apabila naskah itu dibaca atau disimak secara mendalam, maka ternyata Royong tersebut dilantunkan dengan maksud agar orang yang diroyongkan itu mendapat keselamatan, kesenangan, kebahagiaan, ketentraman dan kesejahteraan dalam hidupnya.

Royong sebagai salah satu sastra lisan, cara penyampaiannya hanya dihafal oleh orang tua-tua sehingga apabila tidak diantisipasi sedini mungkin maka naskah ini dikhawatirkan akan punah. Meskipun demikian, naskah ini sudah ada pula yang dapat didokumentasikan, seperti royong appatinro anak, pakkiok sumangak, akbukbuk bunting dan lain-lain.

2. Fungsi Royong
Fungsi royong menurut pandangan masyarakat Makassar pada dasarnya sebagai :
a. Pengantar tidur
b. Pengundang rezzeki dan penolak bala atau penangkal malapetaka
c. Pengesahan suatu adata atau tata cara kebiasaan kelompok masyarakat
Makassar
d. Media pendidikan budi pekerti atau pemahaman norma-norma positif kepada generasi penerus.

Dalam kaitannya dengan strata social masyarakat Makassar, ternyata tidak semua lapisan masyarakat dapat diroyonglan (tena na iyangasenna tau Mangkasarak akkullengaseng nipakroyongan). Orang yang dapat dipakroyongan adalah anak karaeng atau anak bangsawan di daerah itu. Oleh karena itu sastra ini tidak mengalami perkembangan karena orang-orang yang mampu melantunkan royong ini juga sangat terbatas dan semakin berkurang jumlahnya.

3.Contoh Royong
Teks 1
Cui Battumako mae, manribbakkang cilolonnu, bonena gulu battannu, nasikontu manumera, tea makjeknek mata, na matekne pakmaiknu, na mabajikmo nusakring.

Teks 2
Sumanagknu mabellaya rikong, battungaasengmako mae, numbangung tinro, na matekne pakamiknu. I nakke barang kukana Baso, tallasak mangngapa bajik rikong, nulompo todong na nubalasak te’ne rikong.

PAU-PAU
1. Pau-Pau
Pau-pau merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berusaha mengungkapkan realitas yang ada dimasyarakat. Pau-pau termasuk jenis prosa dalam sastra Makassar, namun dalam sastra Indonesia dikategorikan sebagai Hikayat, Pau-pau/ hikayat adalah cerita yang berbentuk prosa (Hooykas dalam Baried dkk, 1985:6). Pada masa sekarang ini pau-pau/hikayat diprgunakan dalam arti kisah yang melukiskan celah-celah kehidupan manusia.

Hikayat meliputi berbagai ragam cerita, mulai dari jenis cerita rakyat, epos, dongeng, cerita berbingkai, sampai cerita bersejarah dan kisah perorangan (Fang dalam Baried, 1985 : 6). Jadi, pada prinsipnya pau-pau/ hikayatpun merupakan cerita riman fiktf yang dibaca untuk pelipur lara dan pembangkit semangat juang.

Para sastrawan menjadikan pau-pau/ hikyat sebagai wahan untuk menuangkan ide dan gagasannya dalam rangka meniru “kemungkinan” tempat sastrawan

DOANGANG

1.Makna dan Fungsi Doangang
Doangang merupakan salah satu jenis puisi lama dalam sastra Makassar yang hamper sama maknanya dengan mantra dalam sastra Indonesia. Kata doangang mengandung makna permohonan, permintaan, atau harapan
Doangang berbda dengan jenis sastra lainnya sebab doangang dianggap memiliki brkah dan mengandung kesaktian atau kekuatan gaib bila diyakini oleh pemakainya. Oleh karena itu, hampir seluruh aktifitas masyarakat pada masa lampau didahului dengan membaca doangang dengan harapan agar mereka selamat di dunia dan akhirat.
Pemakaian doangang harus memperhatikan beberapa persyaratan agar doangang yang dibacanya mendapat berkah dari Allah, yaitu : tidak boleh membanggakan atau menyombongkan diri, doa itu tidak diucapkan pada sembarangan waktu dan tempat, harus yakin bahwa doa yang diucapkan itu mempunyai daya gaib, serta dipakai dengan maksud untuk membela diri atau membantu orang lain.

2.Contoh Doangang
a. Doa saat hendak kekampung orang (merantau)
Punna ia naungko ri butta (saat menginjakkan kaki di tanah)
i kau butta kuonjok wahai tanah yang aku injak
palewangak tallasakku luruskanlah jalan hidupku
erangak mange bawalah aku
ri kaminang mateknea ke tempat yang paling baik

punna akjappamako (saat melangkahkan kaki)
bunga biraeng kukangkang bunga biraeng yang kugenggam
bunga bulang kusoeang bunga bulan yang kuayunkan
bunga ningaia ri lino bunga yang disukai di dunia
i nakke ngaseng pata saya semua yang punya
sabak Allahu Taala karena Allah semata




dibaca saat ada seseorang yang marah pada kita sedangkan kita tidak punya salah kemudian ditatap matanya.
Macang matangku nucinik engkau melihat mataku seperti macan
Puppusuk, surokauko engkau hina dan melarat
Punna i nakke la nusaile jika saya yang engkau lirik
Sabak Allahu Taala karena Allah

Panrampak nassu (peredam amarah)
Limbukbukjintu pakmaiknu perasaanmu itu hanya debu
Bombangjintu nassunu marahmu hanya ombak
Kulappak na kuonjokang akan kulipat dan kuinjak
Tamammoterang sampai tidak kembali

Sollanna nukakbalak (supaya kebal)
I nakke mine anak saya ini
Barambang bet-betea yang mempunyai dada bete-bete
Tonasak batang jambua keras seperti batang jambu
Dongkokku dongko gassa punggungku punggung aluminium
Bungkuleng, bukkuleng takekkek kulitku kulit yang tidak akan robek
Tammamminra bukkulengku dan tidak akan berubah
Barakkak lailaha illallah berkah Allah







KELONG
1.Pengertian dan Ciri – Ciri Kelong
Kelong adalah salah satu jenis sastra Makassar yang berbentuk puisi. Dilihat dari segi bentuknya kelong, terutama kelong tradisional memiliki kemiripan dengan pantun dalam sastra Indonesia, seperti empat baris dalam sebait, memiliki persajakan, serta tidak mempunyai judul.
Adapun cirri – cirri khusus kelong tradisional yaitu :
a)Baris – baris dalam bait kelong merupakan satu kesatuan yang utuh untuk mndukung sebuah makna
b)Kesatuan suara yang terdapat pada tiap – tiap baris merupakan kesatuan sintaksis yang berupa kata/kelompok kata dengan pola 2/2/1/2
c)Jumlah suku kata pada setiap baris berpola 8/8/5/8

2.Nilai – Nilai dalam Kelong
Nilai merupakan sesuatu yang dihargai atau dihormati atau sesuatu yang ingin dicapai karena dianggap sebagai sesuatu yang berharga atau bernilai. Maka dalam kelong Makassar ditemukan mengandung beberapa nilai yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Adapun nilai – nilai yang ditemukan dalam kelong Makassar antara lain :
a. Nilai Agama
Boyai ri taenana cari Dia dalam gaib
Assengi ri maniakna yakinkan Dia ada
Tenai antu meskipun tidak tampak
Na maknassa ri niakna tetapi Dia pasti ada

Kuassengi ri maniakna kuyakini keberadaan – Nya
Kuboyai ri taenana kucari Dia dalam gaib
Niasani tetapi, yang kudapati
Kalengku tonji kugappa hanya diriku sendiri

Assenganna karaennu untuk mengenal Tuhan
Pijappuimi kalennu kenalilah dirimu
Kerei mae di manakah gerangan
Pakrimpunganna nyawaku simpul kehidupanku


Kukutaknammi kalengku aku sudah brtanya pada diriku
Kukusissimmi nyawaku dan menyelidiki nyawaku
Battu ri apai dari manakah
Assalak kajariangku asal kejadianku

Karaeng mappakjaria Tuhan yang Maha Pencipta
Nisomba tojeng – tojeng disembah dengan penuh hati
Tena na rua Dia Maha Esa dan
Tena tong sampakjuluna tidak satu pun yang menyamainya

b. Nilai Moral
Ammakku anrong kalengku ibuku ibu kandungku
Anrong tumallassukangku ibu yang melahirkanku
Pakrimpunganna dan tempat mencurahkan
Panngai ta mattappukku segala kasih

Kakdekji na rua lino seandainya dunia ini cukup dua
Kubalukammi sibekre sudah kujual satu buah
Na kupaballi kemudian aku belikan
Ri pakmaik tamamminraya perasaan yang tidak berubah - ubah

Intang tawa kananna ucapannya seperti intan
Jammarrok panggaukanna tingkah lakunya bagaikan zamrut
Bajik ri lino bahagia di dunia
Kanangi bone suruga selamat di akhirat

Nakke teajak ningai aku tidak ingin dicintai
Erokjak nipakrikongang hanya ingin disayangi
Teak nipuji aku tidak ingin dipuji
Erokjak nikamaseang hanya ingin dikasihi

c. Nilai Pendidikan
Manna majai tedonnu meskipun banyak kerbaumu
Mattambung barang – barangmu bertumpuk barang – barangmu
Susajakontu engkau akan susah juga
Punna tna sikolannu jika tidak brpndidikan


ANNGARU
1. Aru
Aru adalah sejenis puisi dalam sastra Makassar. Anngaru adalah semacam ikrar atau ungkapan sumpah setia yang sering disampaikan oleh orang – orang gowa pada masa silam. Aru biasanya diucapkan oleh bawahan kepada atasannya, abdi kepada rajanya, prajurit kepada komandannya, masyarakat kepada pemerintahannya, bahkan raja atau pmrintah trhadap rakyatnya, apa yang diungkapkan dalam aru itu akan dilaksanakan dengan sungguh – sungguh, baik untuk kepentingan pemerintah pada masa damai maupun pada saat perang.

Aru dapat pula merupakan pendorong atau motivasi untuk mewujudkan apa yang menjadi cita – cita sang raja atau pemerintah dalam membangun kerajaan atau negerinya. Oleh karena itu, setiap raja atau pemerintah atau pejabat yang baru dilantik trlebih dahulu mengucapkan aru atau sumpah setia di depan rajanya atau rakyatnya bahwa ia akan bekerja bersungguh – sungguh dalam melaksanakan tugas – tugasnya.

Aru dapat pula menjadi pembakar semangat juang para prajurit; menimbulkan semangat patriotik dikalangan prajurit untuk melawan musuh, aru yang diucapkan oleh prajurit disebut aru tubarania (aru pemberani). Selain itu, aru dapat pula digunakan dalam berbagai hal, antara lain : upacara adat atau penyambutan tamu agung. Aru yang diucapkan papa upacara tersebut selain menghitung nilai magis dan relegius juga mengingatkan kita bagaimana pentingnya kegunaan aru pada masa lampau.

1.Contoh Aru
Aruna Tubarania ri Gowa Aru
Sombangku, napammopporangmamak Sombangku, aku mohon ampun beribu ampun
Jaidudu sombangku ! Di hadapan yang mulia
Ri dallekang lakbirikta Di atas tahta nan tinggi
Ri empoang matinggita Di sisi keratuannya
Ri sakri karantuanta Aku bersungguh-sungguh mengucapkan ini karaeng
Satuli – tuli kanangku Karaeng Karena aku sungguh mencintai karaeng
Panngainna laherekku Lahir dan
Pappatojenna batengku Batin
Berangjak kunipatekbak Aku laksana parang yang siap diletakkan
Pangkuluk kunisoeang kapak yang siap diayunkan
I katte anging karaeng karaeng laksana angin
Na i kambe lekok kayu dan kami daun kayu
I katte jeknek karaeng karaeng laksana air
Na i kambe batang nammanyuk dan kami batang yang hanyut
I katte jarung karaeng karaeng laksana jarum
Na i kambe bannang panjaik sedang kami kelindannya
Irikko anging berhembuslah wahai angin
Na marunang lekok kayu supaya daun kayu berguguran
Solongko jeknek mengalirlah wahai air
Na mammanyuk batang kayu supaya hanyut batang kayu
Takleko jarung lalulah jarung
Namminawang bannang panjaik supaya kelindan mengikutimu
Makkanamamaki mae bertitalah wahai raja
Na i kambe manggaukang nanti kami yang melaksanakannya
Mannyakbuk mamaki mae utarakanlah keinginannya
Na i kambe makpakjari nanti kami yang akan membuktikannya
Punna sallang takammaya seandainya terbukti aku mengingkari
Aruku ri dallekanta janji yang kuikrarkan dihadapan raja ini
Pangka jerakku maka palanglah kuburku
Tinraki bate onjokku pasaklalah jejakku
Pinra arengku gantilah namaku
Piassalak jari-jariku kutuklah keturunanku
Pauwanngi ri anak roboko wasiatkan kepada generasi mendatang
Pasangi ri anak tanjari amanatkan kepada anak yang belum lahir
Tumakkanaya tentang orang yang hanya mampu berkata
Na taena nappakrupa namun tidak dapat membuktikannya
Sikammajinne aruku ri dallekanta Karaeng demikianlah aru saya dihadapan Baginda Dasi na dasi na nitarima paknganroku semoga permohonanku dikabulkan
Karana Allah karena Allah

daftar pustaka:
Daeng, Kembong. 2008. Bahasa Siagang Susasetera Mangkasarak 3. Jakarta : PT Bumi Aksara
Daeng, Kembong. 2005. Pappilajarang Basa Mangkasarak, jilid 1, 2, 3 (edisi 1). Makassar.

filsafat yunani kuno dan filsafat kini

A.Periode Yunani Kuno
Periode yunani kuno ditandai oleh munculnya para ahli pikir alam ,yang berarti bahwa para ahli pikir lebih memusatkan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati sekitarnya.
Para pemikir filsafat yunani yang pertama berasal dari Miletos , sebuah kota perantauan yunani yang terletak dipesisir Asia Kecil.Mereka kagum terhadap alam yang penuh nuansa dan ritue dan berusaha mencari jawaban atas apa yang ada di belakang semua misteri itu.

1.Thales(625-545 SM)
Perintis matematika dan filsafat Yunani adalah Thales. Lahir dan meninggal di kota kecil Miletus yang terletak di pantai barat Asia Kecil, sebuah kota yang menjadi pusat perdagangan. Kapal-kapal pedagang dengan mudah berlayar ke Nil di Mesir, sedangkan karavan melakukan perjalanan lewat darat menuju kota di Babylon. Pendudulk Militus suka melakukan kontak dagang dengan kota-kota di Yunani dan warga Phoenisia. Di kota ini juga merupakan tempat pertemuan [dunia] Timur dan Barat, dan tempat lahirnya Thales.Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula,sifat dasar,dan struktur,komposisi dari alam semesta.Menurut pendapatnya,semuanya berasal dari air sebagai materi dasar kosmis.Dari pendapat itu dapat diartikan bahwa apa yang disebut sebagai arche (asas pertama dan alam semesta) adalah air.Katanya semuanya berasal dari air, dan semuanya kembali menjadi air.Bahwa bumi terletak diatas air, dan bumi sebagai bahan yang muncul dari air dan terapung diatasnya.
Awalnya, Thales adalah seorang pedagang, profesi yang membuatnya sering melakukan perjalanan. Dalam suatu kesempatan berdagang ke Mesir dan Babilonia (pada maka pemerintahan Nebukadnesar), dalam waktu senggangnya, Thales mempelajari astronomi dan geometri. Hal ini dipicu ketertarikannya bahwa dengan menggunakan ‘alat-alat’ tersebut, mereka dapat memprediksi gerhana matahari setiap tahunnya.
2.Anaximandros (640-546 SM)
Anaximandros (bahasa Yunani: Ἀναξίμανδρος; 610 SM – 546 SM) adalah siswa Thales; sang filsuf pertama. Ia hidup pada abad ke 6 S.M. di Miletos pula. Berbeda dengan Thales, ia berpendapat bahwa permulaan yang pertama, tidaklah bisa ditentukan (apeiron), karena tidaklah memiliki sifat-sifat zat yang ada sekarang. Sama seperti Thales, Anaximander juga seorang "filsuf alam".
3. Pythagoras (582 SM – 496 SM)
Phytagoras lahir pada tahun 570 SM, di pulau Samos, di daerah Ionia. Pythagoras (582 SM – 496 SM, bahasa Yunani: Πυθαγόρας) adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya.Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.
Dalam tradisi Yunani, diceritakan bahwa ia banyak melakukan perjalanan, diantaranya ke Mesir. Perjalanan Phytagoras ke Mesir merupakan salah satu bentuk usahanya untuk berguru, menimba ilmu, pada imam-imam di Mesir. Konon, karena kecerdasannya yang luar biasa, para imam yang dikunjunginya merasa tidak sanggup untuk menerima Phytagoras sebagai murid. Namun, pada akhirnya ia diterima sebagai murid oleh para imam di Thebe. Disini ia belajar berbagai macam misteri. Selain itu, Phytagoras juga berguru pada imam-imam Caldei untuk belajar Astronomi, pada para imam Phoenesia untuk belajar Logistik dan Geometri, pada para Magi untuk belajar ritus-ritus mistik, dan dalam perjumpaannya dengan Zarathustra, ia belajar teori perlawanan.
Selepas berkelana untuk mencari ilmu, Phytagoras kembali ke Samos dan meneruskan pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak Polycartes, penguasa tiran di Samos. Kira-kira pada tahun 530, karena tidak setuju dengan pemerintahan tyrannos Polycartes, ia berpindah ke kota Kroton di Italia Selatan. Di kota ini, Phytagoras mendirikan sebuah tarekat beragama yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kaum Phytagorean.”
Phytagoras percaya bahwa angka bukan unsur seperti udara dan air yang banyak dipercaya sebagai unsur semua benda. Angka bukan anasir alam. Pada dasarnya kaum Phytagorean menganggap bahwa pandangan Anaximandros tentang to Apeiron dekat juga dengan pandangan Phytagoras. To Apeiron melepaskan unsur-unsur berlawanan agar terjadi keseimbangan atau keadilan (dikhe). Pandangan Phytagoras mengungkapkan bahwa harmoni terjadi berkat angka. Bila segala hal adalah angka, maka hal ini tidak saja berarti bahwa segalanya bisa dihitung, dinilai dan diukur dengan angka dalam hubungan yang proporsional dan teratur, melainkan berkat angka-angka itu segala sesuatu menjadi harmonis, seimbang. Dengan kata lain tata tertib terjadi melalui angka-angka.
Salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia lah yang pertama membuktikan pengamatan ini secara matematis.
Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan. Ketika muridnya Hippasus menemukan bahwa \sqrt{2}, hipotenusa dari segitiga siku-siku sama kaki dengan sisi siku-siku masing-masing 1, adalah bilangan irasional, Pythagoras memutuskan untuk membunuhnya karena tidak dapat membantah bukti yang diajukan Hippasus
4. Xenophanes(570 - ? SM)
Ia lahir di Xolophon,Asia Kecil.Ia lebih tepat dikatakan sebagai penyair daripada ahli pikir (filosof),hanya karena ia mempunyai daya nalar yang kritis dan mempelajari pemikiran-pemikiran filsafat pada saat itu.Ia menjadi terkenal sebab ia yang pertama kali melontarkan anggapan bahwa adanya konflik antara pemikiran filsafat (rasio) dengan pemikiran mitos
Ia membantah adanya antropomorfisme tuhan-tuhan,yaitu tuhan yang digambarkan sebagai (seakan-akan) manusia.Karena manusia selalu mempunyai kecenderungan untuk berpikir,maka tuhan pun seperti manusia.Ia juga menolak anggapan bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan.Ia juga menolak anggapan bahwa Tuhan mempunyai jumlah yang banyak dan menekan atas keesaan tuhan.Kritik ini ditujukan kepada anggapan-anggapan lama yang berdasar pada mitologi.
5. Herakleitos(535 - 475 SM)
Herakleitos adalah salah seorang filsuf Yunani sebelum masa Sokrates. Ia hidup pada tahun 400-an SM. Ia berpedapat bahwa dasar semua materi adalah api. Menurutnya, api selalu berubah-ubah dan menggambarkan suatu keadaan yang kacau (chaos).
Herakleitos dianggap seorang yang pesimis karena ia menganggap segala sesuatu akan selalu berubah. Walaupun demikian, teori filsafatnya juga mempunyai segi positif, yaitu segala kekacauan pasti ada jalan keluarnya.
6.Parmenides (540 – 475 SM)
Ia lahir di kota Elea,kota perantauan yunani di italia selatan.Dialah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (being)
Menurut pendapatnya, apa yang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan.Hal ini berbeda dengan pendapat Heracleitos, yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan.Mengenai hakikat ada (being),ia kagum adanya misteri segala realitas yang ada.Disitu ia menemukan berbagai kenyataan,dan ditemukan pula adanya hal yang tetap dan berlaku secara umum.
Jadi,yang ada (being) itu satu,umum,tetap,dan tidak dapat dibagi-bagi.Karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak yang ada,dan itu tidak mungkin.
7.Zeno (490 – 430 SM)
Zeno dari Elea (pengucapan /ˈziːnoʊ əv ˈɛliə/, Yunani: Ζήνων ὁ Ἐλεάτης) (ca. 490 BC? – ca. 430 BC?) adalah filsuf Yunani pra-Socrates dan anggota Sekolah Eleatic yang didirikan oleh Parmenides. Aristotles menjulukinya penemu dialektik[1], dan Bertrand Russell menyatakan ia telah menyebabkan didirikannya logika modern. Ia paling terkenal untuk paradoksnya.
8.Empedocles (484 – 424 SM)
Empedokles (484-424 SM) adalah seorang filsuf Yunani sebelum masa Sokrates. Ia tinggal di Agrigentum, Sisilia.
Empedokles berpendapat bahwa materi terdiri atas empat unsur dasar yang ia sebut sebagai akar, yaitu air, tanah, udara, dan api. Selain itu, ia menambahkan satu unsur lagi yang ia sebut cinta (philia). Hal ini dilakukannya untuk menerangkan adanya keterikatan dari satu unsur ke unsur lainnya.
Empedokles juga dikenal sebagai seorang yang mistis dan juga pandai menjadi penyair. Konon ia mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dengan cara menceburkan diri ke Gunung Etna di Sisilia.

9.Anaxagoras (499 – 420 SM)
Ia dilahirkan di kota Klazomenai,Ionia, kemudian menetap di Athena selama 30 tahun.Anaxagoras adalah ahli pikir yang pertama yang berdomisili di Athena.
Menurut pendapatnya ,realitas bukanlah satu,akan tetapi terdiri dari banyak unsure dan tidak dapat dibagi-bagi,yaitu atom.Ia tidak sependapat dengan konsep ruang kosong,alasanya bagaimana dengan gerak atom-atom itu apabila tidak ada ruang kosong.Dari ruang yang kosong inilah yang menjadi syarat untuk bergeraknya atom-atom.
Ia mengemukakan pemikirannya tentang nus,yang berarti roh atau rasio dan berpisah dari semua benda.Nus mengenal dan meguasai segala sesuatu.Oleh karena ajaran tentang nus inilah untuk pertama kalinya dalam filsafat dikenal adanya pembedaan antara yang jasmani dan yang rohani.
10.Democritos (460 – 370 SM)
Demokreitos (bahasa Yunani: Δημοκρiτος, bahasa Inggris: Democritus) yang hidup pada tahun 460–370 SM adalah seorang filsuf Yunani sebelum masa Sokrates.
Ia mengembangkan teori mengenai atom sebagai dasar materi. Karyanya dijadikan sebagai pelopor ilmu fisika materi yang menutup kemungkinan akan adanya intervensi Tuhan atau dewa. Demokreitos juga menjadi orang pertama yang berpendapat bahwa galaksi Bimasakti merupakan kumpulan cahaya gugusan bintang yang letaknya saling berjauhan.

B.Periode Yunani Klasik
Pada periode yunani klasik terjadi perkembangan yang sangat pesat pada bidang filsafat.Aliran yang mengawali periode yunani klasik ini adalah Sofisme.Penamaan aliran Sofisme ini berasal dari kata Sophos yang artinya cerdik,pandai.Keberadaan Sofisme berkaitan dalam bidang-bidang bahasa, dan terutama memaparkan tentang kehidupan manusia pada lingkungan masyarakat,sehingga Sofisme dapat membawa perubahan budaya dan perubahan Athena.

1.Sofisme
Istilah sofis yang berasal dari kata sophists yang mempunyai pengertian seorang sarjan atau cendikiawan.Sofisme bukan merupakan suatu aliran atau ajaran,akan tetapi lebih merupakan suatu gerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh pengaruh kepesatan minat orang terhadap filsafat.
Terdapat tiga faktor yang mendorong timbulnyakaum sofis,yaitu :
a)Perkembangan secara pesat kota Athena dalam bidang politik dan ekonomi
b)Kebutuhan dalam bidang pendidikan karena desakan kaum intelektual
c)Adanya kontak dan pergaulan dengan bangsa lain disebabkan karena letak pemukiman perkotaan bangsa Yunani terletak di pantai,sehingga orang-orang yunani banyak mengenal berbagai kebudayaan.
2.Socrates
Socrates dilahirkan di Athena ( 470 S.M – 399 S.M ). Dia bukan keturunan bangsawan atau orang berkedudukan tinggi. Melainkan anak dari seorang pemahat bernama Sophroniscus dan ibunya seorang bidan bernama Phaenarete. Setelah ayahnya meninggal dunia, Socrates manggantikannya sebagai pemahat. Tetapi akhirnya ia berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam lapangan filsafat dengan dibelanjai oleh seorang penduduk Athena yang kaya.1
Masa Socrates bertepatan dengan masa kaum sofis. Karena itu pokok pembahasan filsafat Socrates hampir sama dengan pokok pembahasan kaum sofis. Sebab itu ada orang yang memasukkan Socrates kedalam golongan kaum sofis. Tetapi ini tidak betul, karena ada perbedaan yang nyata antara pendapat Socrates dan pendapat kaum sofis itu.
Tetapi dengan sekuat tenaga Socrates menentang ajaran para sofis. Ia membela yang benar dan yang baik sebagai nilai obyektif yang harus diterima dan dijunjung tinggi oleh semua orang. Dalam sejarah umat manusia, Socrates merupakan contoh istimewa dan selaku filosof yang jujur juga berani.
Socrates mempunyai kepribadian yang sabar, rendah hati, yang selalu menyatakan dirinya bodoh. Badannya tidak gagah sebagi biasanya sebagai penduduk Athena
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori – teori sains yang telah mapan, mengguncangkan keyakinan agama. Ini menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus bangkit. Ia harus meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif, ada kebenaran umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagaian kebenaran memang relatif, tetapi tidak semuanya. Sayangnya, Socrates tidak meninggalkan tulisan.
3. Plato (427 - 347 SM)
Plato (bahasa Yunani Πλάτων) (lahir sekitar 427 SM - meninggal sekitar 347 SM) adalah filsuf Yunani yang sangat berpengaruh, murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia, "negeri") di mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.
Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
Ada yang berpendapat bahwa Plato adalah filsuf terbesar dalam sejarah manusia. Semua karya falsafi yang ditulis setelah Plato, hanya merupakan "catatan kaki" karya-karyanya saja.

4. Aristoteles
Aristoteles (Bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 SM – 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles bergabung menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian tersebut.

C.Periode Filsafat Kini
1.Ludwig Josef Johan Wittgenstein
Ludwig Josef Johann Wittgenstein (dilafalkan [luːtvɪç ˈjoːzɛf ˈjoːhan ˈvɪtgənʃtaɪn], Wina, 26 April 1889 - Cambridge, 29 April 1951) adalah salah seorang filsuf paling berpengaruh pada abad 20 dan memiliki kontribusi yang besar dalam filsafat bahasa, filsafat matematika, dan logika. Ia berpendapat bahwa masalah filsafat sebenarnya adalah masalah bahasa.
Ludwig Wittgenstein merupakan filsuf kelahiran Austria yang kemudian melanjutkan studinya di Inggris. Karya awalnya, Tractatus-Logico-Philosophicus memiliki pengaruh yang sangat besar dalam gerakan Lingkaran Wina, terutama Ruldof Carnap dan Moritz Schick.
Dia adalah seorang murid Bertrand Russell, salah seorang filsuf Inggris ternama di Universitas Cambridge, yang sangat mempengaruhi pandangan kemudian. Wittgenstein mengajar di Trinity College, Cambridge dan sampai akhir hayatnya tinggal di kota ini.
Wittgenstein adalah putra seorang industriawan yang sangat kaya. Tetapai Ludwig Wittgenstein tidak terlalu tertarik hal-hal duniawi dan ia tidak menuntut warisannya.Meskipun ayahnya beragama Protestan dan ibunya beragama Katholik, yang selanjutnya ikut agama ibunya, sebenarnya kedua orang tuanya masih keturunan Yahudi.Wittgenstein terutama dikenal karena paham filsafatnya semasa hidupnya berubah dan menjadi berbeda secara total sehingga kadangkala orang menyebutnya sebagai Wittgenstein I dan Wittgenstein II.
Wittgenstein adalah penulis Tractatus Logico-Philosophicus yang merupakan sumber inspirasi kaum logis-positivis dalam hal analisis antara pernyataan yang bermakna dengan pernyataan yang tidak bermakna. Dia menjelaskan ini melalui teori pemaknaan yang dikenal sebagai teori gambar. Dalam karyanya kemudian, Philosphical Investigations, dia mengoreksi pandangan awalnya dalam Tractatus dan lebih menekankan pendekatan holistik-praktis dalam pendekatan terhadap persoalan bahasa. Pandangan ini mempengaruhi para filsuf yang menganut paham ordinary language philosophy, seperti Gilbert Ryle.
2.J.Lacan
Jacques Marie-Émile Lacan atau Jacques Lacan saja (baca: zhak lakang) (13 April 1901 - 9 September 1981) adalah psikoanalis Prancis terkenal yang sezaman dengan Roland Barthes, Michel Foucault, dan Derrida.
Ia mengembangkan psikoanalisa Sigmund Freud berbasis semiologi. Fokus utama studinya adalah ketidaksadaran, yang sebelumnya diperkenalkan Freud. Lacan menggali kembali ketidaksadaran ini dengan bantuan model linguistik Saussure dan memusatkan kajiannya pada percakapan antara analis (psikiater/psikolog) dan analisan (pasien). Percakapan itu, menurutnya, merupakan seuntai rantai penanda-penanda. Penanda-penanda itu adalah mimpi, gejala neurosis, salah tindak, dan lainnya.
3. René Descartes
René Descartes (IPA: ʀəˈne deˈkaʀt; lahir di La Haye, Perancis, 31 Maret 1596 – meninggal di Stockholm, Swedia, 11 Februari 1650 pada umur 53 tahun), juga dikenal sebagai Renatus Cartesius dalam literatur berbahasa Latin, merupakan seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la méthode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641).
Descartes, kadang dipanggil "Penemu Filsafat Modern" dan "Bapak Matematika Modern", adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18.
Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir.
Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je pense donc je suis. Keduanya artinya adalah:
"Aku berpikir maka aku ada". (Ing: I think, therefore I am)
Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal sebagai pencipta sistem koordinat Kartesius, yang mempengaruhi perkembangan kalkulus modern.
4. Gottfried Wilhem Leibniz

Gottfried Wilhem Leibniz atau kadangkala dieja sebagai Leibnitz atau Von Leibniz (1 Juli (21 Juni menurut tarikh kalender Julian) 1646 – 14 November 1716) adalah seorang filsuf Jerman keturunan Sorbia dan berasal dari Sachsen. Ia terutama terkenal karena faham Théodicée bahwa manusia hidup dalam dunia yang sebaik mungkin karena dunia ini diciptakan oleh Tuhan Yang Sempurna. Faham Théodicée ini menjadi terkenal karena dikritik dalam buku Candide karangan Voltaire.
Selain seorang filsuf, ia adalah ilmuwan, matematikawan, diplomat, ahli fisika, sejarawan dan doktor dalam hukum duniawi dan hukum gereja. Ia dianggap sebagai Jiwa Universalis zamannya dan merupakan salah seorang filsuf yang paling berpengaruh pada abad ke-17 dan ke-18. Kontribusinya kepada subyek yang begitu luas tersebar di banyak jurnal dan puluhan ribu surat serta naskah manuskrip yang belum semuanya diterbitkan. Sampai sekarang masih belum ada edisi lengkap mengenai tulisan-tulisan Leibniz dan dengan ini laporan lengkap mengenai prestasinya belum dapat dilakukan.
Leibniz lahir di Leipzig dan meninggal dunia di Hannover.

daftar pustaka :

www.wikipedia.co.id
Yanto,Dr subari.Arifin,Zainal.2009.Filsafat Ilmu.UPT.MATA KULIAH UMUM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR,Makassar

sastra lisan

Saat ini arus modernisasi semakin kuat, maka saat ini pula kita rasakan “mengecilnya” peranan sastar lisan di tengah kehidupan kita. Lalu di balik itu tentunya bahasa dan sastra daerah ikut menyertai. Tak berlebihan kemudian akan menghilangnya seperangkat sistem kebudayaan lokal yang dipunyai oleh sebuah “keluarga” (etnik).
Melihat gelagat itu, tampaknya sudah ada upaya pelestarian atau pun tindakan “penyelamatan” yang ditempuh oleh sebagian orang atau lembaga baik secara konservasi maupun secara inovasi.
Saat ini pula, bahkan jauh sebelumnya banyak upaya dari berbagai lembaga kebudayaan melakukan penelitian, perekaman, dan pertunjukan dalam melakukan usaha penyelamatan dan pelestarian.
Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) misalnya, sejak tahun 1993 sudah melakukan kerja pelestarian tradisi lisan dengan berbagai kegiatan antara lain perekaman suara dan gambar, seminar nasional dan internasional, festival, penerbitan jurnal, dan buku seri sastra lisan. Maka wajarlah bila bulan Juli 2007 lalu di Balai Sidang Jakarta, Asosiasi Tradisi Lisan ini telah mendapatkan penghargaan (award) dari Pemerintah Indonesia atas perannya dalam meningkatkan kepedulian masyarakat akan tradisi lisan (folklore).
Dalam konteks pelestarian sastra lisan, memang sedikit sekali yang melakukan sebuah upaya inovasi pada aspek penampilan atau pertunjukannya. Terutama inovasi yang muncul dari kalangan seniman tradisi itu sendiri. Kalau pun ada kerja inovasi terhadap tradisi lisan sebagai seni pertunjukan, maka dia muncul justru dari seniman modern atau seniman akademis.Wisran Hadi dramawan asal Sumbar itu misalnya, sebagai salah satu tokoh teater modern Indonesia, dia telah menggunakan pengucapan teater modernnya dengan aksentuasi tradisi sastra lisan Minangkabau. Sandiwara Cindua Mato salah satu karyanya sangat jelas menunjukan akar tradisi sastra lisan yang berkembang di Sumatera Barat. Sebut saja Randai menjadi seni pertunjukan yang menarik dalam kemasan Wisran Hadi.
Ketika derasnya arus modernisasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang melanda kehidupan masyarakat kita, maka perlu kita mengajukan pertanyaan kepada tradisi lisan kita seperti Jelihiman, Guritan, Ande-ande, Betadut, dan Betogou. Apakah masih menarik penyajian tradisi lisan (folklore) tersebut untuk zaman sekarang ini sebagai sebuah tontona dimana “penampakan” tidak mampu memenuhi cita rasa estetika serta hiburan bagi masyarakat saat ini?
Boleh jadi, masyarakat dengan gaya hidup modern sekarang ini, pertunjukan tradisi lisan (sastra lisan) yang berlama-lama itu tentu akan menjawab: “sudah bukan zamannya lagi”. Artinya, penuturan sastra lisan yang memakan waktu berhari-hari itu saat ini sudah tidak bisa lagi dikosumsi dan harus menghilang dari peredaran.
Itu sebabnya sebagian orang banyak yang cemas dengan lenyapnya tradisi sastra lisan. Sebagian orang sepertinya memandang sastra lisan sebagai sesuatu yang terancam seperti etnis atau masyarakat pendukungnya yang telah melahirkan dan membesarkannya. “Sayang kalau tradisi lisan yang masih bertahan hidup akan mengalami kepunahan,” kata Ahmad Bastari Suan saat mengamati sebuah pertunjukan tradisi lisan Reduy dari Prabumulih beberapa waktu lalu.
Namun, “spirit” sastra lisan tidak akan pernah mati, itu telah dibuktikan dengan membaca ulang teks tulisan di hadapan publik. Pembacaan puisi dan pembacaan cerpen selalu disimak bersama-sama, sebagaimana ketika masyarakat pendukung Guritan dan Jelihiman mendengar para penuturnya. Seperti halnya ketika ada sebagian orang menuliskan kembali teks sastra lisan kemudian dilisankan kembali, sebagaimana yang pernah ditampilkan oleh Teater Alam dalam tradisi lisan Betadut atau Anwar Beck saat membacakan teks tulis Ande-Ande di hadapan publik di sebuah hotel berbintang.

Istilah sastra lisan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu oral literature. Ada juga yang mengatakan bahwa istilah itu berasal dari bahasa Belanda oral letterkunde. Kedua pendapat ini memang benar, tetapi yang menjadi persoalan adalah bahwa istilah ini mengandung kontradiksi sebab kata "literature" maupun kata "letterkunde" yang dalam bahasa Indonesia diartikan sastra merujuk pada pengertian sastra tulis atau satra cetak ( Teeuw, 1984 :22-23). Karena pengertian seperti itulah, maka perhatian terhadap sastra lisan agak terabaikan jika dibandingkan dengan sastra tertulis
Yang dimaksud dengan sastra lisan adalah cerita yang disebarluaskan dari mulut ke telinga, tersebar secara lisan dan diwarisi secara turun temurun. Sementara Suripan (1991: 3) mengatakan bahwa sastra lisan sebenarnya adalah kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturunkan secara lisan (dari mulut ke mulut). Penutur dalam sastra lisan biasa disebut dengan pendendang, juru pantun, atau pelipur lara dan lain sebagainya. Sastra yang disebarkan secara lisan sangat tergantung pada daya ingat penuturnya. Karena dalam sastra lisan teks hanya ada dalam ingatan si pencerita. Karenanya tidaklah mengherankan bila sastra lisan sering kali mengalami penyimpangan dari cerita semula. Lama-kelamaan penyimpangan ini akan menimbulkan versi-versi cerita yang hampir sama. Penyimpangan yang terjadi bukanlah disengaja melainkan karena kekilafan penuturnya. Penutur tidak memiliki hak untuk melakukan perubahan, karena penutur hanya berperan sebagai pencerita dari sebuah ragam sastra lisan.
Sebagai pencerita, penutur mempunyai peranan penting dalam memelihara dan mewarisi sastra lisan, kadang-kala sebagai kreator. Selain penutur sebenarnya ada hal lain yang menentukan eksistensi suatu karya sastra ( sastra lisan ) dapat bertahan, yaitu pendengar /penikmat (audience) . Meskipun penuturnya ada, tetapi pendengar/penikmat (audience) tidak ada maka sastra lisan tidak dapat bertahan dengan baik, bahkan mungkin punah.
Dalam masyarakat yang tradisional, sastra lisan memiliki arti yang sangat penting dan sastra lisan dalam masyarakat tradisional bersifat komunal, artinya sastra lisan itu milik bersama, sastra lisan itu bukan milik perseorangan atau individu.
Suripan (1991 : 3) menjelaskan bahwa sastra lisan setidak-tidaknya memiliki beberapa ciri, antara lain :
1.Penyebaran melalui mulut,
Penyebaran dari mulut ke mulut, maksudnya dituturkan oleh tukang dendang, penutur, dan pelipur lara dengan bahasa lisan (dari mulut ke mulut).
2.Lahir dalam masyarakat yang tradisional atau masyarakat desa. Menggambarkan ciri budaya suatu masyarakat, sebab sastra lisan merupakan warisan budaya yang menggambarkan budaya masa lampau.
3.Tidak diketahi siapa pengarangnya (anonin), karena itu menjadi milik masyarakat secara kolektif.
4.Bercorak puitis, teratur, dan berulang-ulang. Ini dimaksudkan untuk menjaga supaya sastra lisan itu tidak cepat berubah.
5.Tidak mementingkan fakta dan kebenaran, bahkan lebih mementingkan aspek khayalan/ fantasi yang kurang diterima oleh masyarakat modern.
6.Terdiri dari berbagai versi. Menggunakan gaya bahasa lisan ( sehari-sehari), mengandung dialek, kadang-kadang diucapkan tidak lengkap.
Dilihat dari segi penuturnya sastra lisan dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok besar yaitu :
(1) sastra lisan berupa pertunjukan, dan
(2) sastra lisan yang diceritakan.
Jenis yang pertama umumnya sastra lisan berupa pertunjukkan , seperti Lenong ( Betawi), Ketoprak ( Jawa), Randai (Minangkabau), dan Mak Yong (Melayu), dan lain-lain. Sedangkan sastra lisan jenis kedua seperti, Bersyair (Melayu), Berpantun (Sunda), dan lain sebagainya.
Sastra lisan sering dikaitkan orang dengan budaya atau folklore ,dan bahkan ada orang yang menyebut bahwa sastra lisan itu sama dengan folklore.

daftar pustaka :
A.Teeuw, 1984 :22-23
www.google.co.id
www.kabarindonesia.co.id

ciri khas kajian bahasa serta pembidangan kajian bahasa

Ciri Khas Kajian Bahasa Sebagai Kajian Ilmiah

Kajian ilmiah memiliki ciri-ciri khusus, Kridalaksana (dalam Koentjoro,1982 : 8-9) mengajukan empat ciri khas kajian bahasa sebagai ilmu,yaitu :
Kajian itu mendekati bahasa tidak secara preskriptif, tetapi secara deskriptif.Hal itu berarti bahwa hal yang dipentingkan dalam kajian bahasa, yakni kajian bahasa yang dilakukan secara deskriptif dan kajian bahasa yang dilakukan secara historis.
Kajian bahasa sebagai kajian ilmiah dituntut memiliki kepadaan (adequeacy).Kepadaan-kepadaan itu mencakup :
Kepadaan observasional
Kepadaan deskriptif
Kepadaan ekslanatif

Pembidangan Kajian Bahasa
Kajian bahasa sebagai disiplin ilmu dapat dipilah-pilah,Pilihan yang lazim berlaku selama ini adalah :
A.Kajian sinkronis dan kajian diakronis
B.Kajian deskriptif dan kajian komperatif
C.Kajian mikro dan kajian makro
D.Kajian teoritis dan kajian terapan
E.Kajian murni dan kajian interdisipliner

A.Kajian Sinkronis dan Kajian Diakronis
Setiap disiplin ilmu biasanya terbagi lagi atas beberapa subdisiplin, hal ini terjadi dikarenakan objek kajian dari disiplin ilmu tersebut sangatlah luas dan berkaitan dengan masalah-maslah lain (meluas) hal ini tentu saja berkaitan dengan perkembangan ilmuyang terus berkembang.
Linguistik sinkronis adalah semua yang berhubungan dengan segi statis dalam ilmu. Sedangkan linguistik diakronis adalah semua yang memiliki ciri evolusi. Diakronis tidak mengubah sistem karena kata yang berubah pun adalah sistem dalam bentuk yang lain dengan sistem sebelumnya. Perubahan kata terjadi di luar kemampuan siapapun.
linguistik diakronis akan menelaah hubungan-hubungan di antara unsur-unsur yang berturutan dan tidak dilihat oleh kesadaran kolektif yang sama, dan yang satu menggantikan yang lain tanpa membentuk sistem di antara mereka. Sebaliknya, linguistik sinkronis akan mengurusi hubungan-hubungan logis dan psikologis yang menghubungkan unsur-unsur yang hadir bersama dan membentuk sistem, seperti dilihat dalam kesadaran kolektif yang sam3. Ferdinand de Saussure, Pengantar Linguistik Umum (Jogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), hlm. 2-3 dan 374-378 a.
Atau dengan kata lain, Kajian linguistik sinkronik yaitu kajian linguistik pada masa yang terbatas, atau bisa disebut kajian linguistik deskriptif karena merupaya mendeskripsikan bahasa apa adanya pada suatu masa tertentu. Sedangkan kajian linguistik diakronik adalah kajian linguistik pada masa yang tak terbatas.Sesuai dengan pengertian dari kajian linguistik diakronis yang tidak dibatasi oleh masa, maka kajian ini cenderung bersifat historis ataupun komperatif karena biasanya kajian ini dilakukan dengan meruntutnya dari awal kelahiran bahasa itu maupun perkembangan bahasa tersebut dari waktukewaktu maupun dengan membandingkanya dari waktu kewaktu
B.Kajian Deskriptif dan Kajian Komperatif
Penelitian deskriptif adalah  penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, tanpa dibandingkan atau dihubungkan dengan variabel lain atau masalah untuk penelitian dengan variabel tunggal, baik hanya satu variabel atau lebih yang tidak saling berhubungan.
Peneliti berusaha mendapatkan data apa adanya kemudian menggambarkan (mendeskripsikan) apa adanya. Kinerja peneliti dalam penelitian ini mirip kinerja seorang fotografer, fenomena atau variabel yang diteliti didata karakteristiknya (difoto) kemudian dijelaskan seperti apa adanya (dicetak jadi foto yang menggambarkan objek apa adanya.
Contoh: penelitian  terhadap  kemampuan menulis paragraf  siswa kelas  VII  SMP 20  Bandung  tahun pelajaran 2005-2006. Pengumpulan data  dilakukan dengan cara tes  menulis paragraf. Hasil tes kemudian dideskripsikan untuk menggambarkan tingkat kemampuan atau keterampilan siswa SMP tersebut dalam menulis paragraf.
Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan dua variabel atau lebih. Kedua variabel bisa jadi tidak berhubungan atau mandiri atau rumusan masalah yang memfokuskan kajian terhadap analisis perbandingan tentang satu variabel atau lebih pada dua atau lebih kelompok sampel. Tujuan penelitian ini antara lain untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau mana yang sebaiknya dipilih.
 Contoh : perbandingan kemampuan membaca siswa  laki-laki dan siswa perempuan di  SDN I Sayang  Sumedang. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tes kemampuan membaca siswa laki-laki dan perumpuan. Hasil tes kelompok laki-laki dan perempuan dipisahkan. Lalu dilakukan perhitungan jumlah dan rata-rata hasil tes kedua kelompok. Dari rata-rata hasil tes sudah bisa dilihat ada tidaknya perbedaan. Tetapi untuk mengetahui lebih pasti  signifikan tidaknya perbedaan itu, bisa dilakukan pengujian secara statistik yaitu dengan menggunakan uji t (T-test)  atau ANOVA.
C.Kajian Mikro dan Kajian Makro
Linguistik mikro memiliki obyek kajian yang berkenaan dengan masalah-masalah lingistik atau kebahasaan saja yang berarti bahwa kajian linguistik mikro adalah kajian bahasa yang mempelajari bahasa secara internal, seperti unsur bunyi, kata dan bentuk kata dsb.
Sedangkan linguistik makro memasukan aspek-aspek lain yang berkenaan dengan bahasa sebagai objek kajian linguistik makro.Kajian makro berusaha mengkaji bahasa secara eksternal,yaitu mengkaji bahasa dari segi-segi luar bahasa seperti, kejiwaan,sosial, pengajaran,pengobatan, dan filsafat.

Minggu, 21 Maret 2010

semiotik

Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama.Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan istilah semiotik lebih lazim digunakan oleh ilmuan Amerika.Istilah yang berasal dari kata yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti : bahasa,kode,sinyal,dan sebagainya.Secara umum,semiotik didefenisikan sebagai berikut : “semiotik biasanya didefenisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi.Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory (semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.”
Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure melalui dikotomi sistem tanda : signified dan signifier atau signified dan significant yang bersifat automistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara “yang ditandai”(signified) dan “yang menandai” (signifier).Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified).Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”.Jadi,penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca.Petanda adalah gambaran mental,pikiran atau konsep.Jadi,petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens,2001 :180). Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa karena itu tidak merupakan tanda.Sebaliknya,suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda;petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. “penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas” kata Saussure.Louis Hjelmslev,seorang penganut saussurean berpandangan bahwa sebuah tanda tidak hanya mengandung hubungan internal antara aspek material (penanda) dan konsep mental (petanda),namun juga mengandung hubungan antara dirinya dan sebuah sistem yang lebih luas di luar dirinya.Bagi Hjelmslev, sebuah tanda lebih merupakan self-reflective dalam artian bahwa sebuah penanda dan sebuah petanda masing-masing harus secara berturut-turut menjadi kemampuan dari ekspresi dan persepsi.Louis Hjelmslev dikenal dengan teori metasemiotik (scientific semiotics).Sama halnya dengan Hjelmslev,Roland Barthes pun merupakan pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa suatu sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.Semiotik atau dalam istilah Barthes semiologi,pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).Memaknai(to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate).Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak dikomunikasikan ,tetapi juga mengkonstitusi system terstruktur dari tanda.Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader).Konotasi walaupun merupakan sifat asli tanda,membutuhkan keaktivan pembaca agar dapat berfungsi.Barthes secara lugas mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua,yang dibangun diatas sistem lain yang telah ada sebelumnya.Di sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif,yang didalam buku Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.Jadi,dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.Pada dasarnya,ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dipahami oleh Barthes.Di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya,denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama,sementara konotasi merupakan tingkat ke-dua.Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna.Sebagai reaksi untuk melawan keharafiahan denotasi yang bersifat opresif ini,barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya.Baginya yang ada hanyalah konotasi.Ia lebih lanjut mengatakan bahwa makna “harafiah” merupakan sesuatu yang bersifat alamiah(Budiman,1992:22). Dalam kerangka Barthes konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda,petanda,dan tanda.Namun sebagai sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain,mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua.Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.
Berbeda dengan para ahli yang sudah dikemukakan diatas,Charles Sanders Peirce,seorang filsuf berkebagsaan Amerika,mengembangkan filsafat pragmatisme melalui kajian semiotik.Pierce menyebut model sistem analisisnya dengan semiotic dan istilah tersebut telah menjadi istilah yang dominan yang digunakan untuk ilmu tentang tanda.Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda,berfungsinya tanda,dan produksi makna.Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif.Ia mampu menggantikan sesuatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan.Didalam lingkup semiotika,Peirce sering kali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang.Merujuk pada teori Pierce,berdasarkan objeknya,Pierce membagi tanda-tanda dalam gambar dan dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotic.Diantaranya ikon,indeks,dan simbol.
Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah,atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan.Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat,atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan,Dan simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya.Hubungan diantaranya bersifat semena (aibitrer),hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.
Pierce membedakan tiga konsep dasar semiotik atau tanda, Yaitu :
Sintaksis semiotik : mempelajari hubungan antar tanda.Hubungan ini tidak terbatas pada sistem yang sama.Contoh ; teks dan gambar dalam wacana iklan merupakan dua sistem tanda yang berlainan,akan tetapi keduanya saling bekerja sama dalam bentuk keutuhan wacana iklan.
Semantik semiotik : mempelajari hubungan antara tanda,objek,dan interpretannya.Ketiganya membentuk hubungan dalam melakukan proses semiotic.Konsep semiotik ini akan digunakan untuk melihat hubungan tanda-tanda dalam iklan (dalam hal ini tanda non-bahasa) yang mendukung keutuhan wacana.
Pragmatik semiotik : mempelajari hubungan antara tanda,pemakai tanda,dan pemakaian tanda.